Baskom Online|7 Maret 2025| Feddrick Trimas Putra Provinsi Bengkulu yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam keberagaman bahasa daerahnya. Bahasa-bahasa seperti Rejang, Serawai, Pekal, Lembak, Pasemah, Mukomuko, dan Enggano merupakan bagian dari identitas serta warisan budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad. Namun, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin kuat, bahasa-bahasa daerah ini menghadapi ancaman kepunahan yang serius. Artikel ini membahas pentingnya revitalisasi bahasa daerah Bengkulu, tantangan yang dihadapi, serta berbagai upaya untuk melestarikannya.
Keragaman Bahasa Daerah
Bengkulu memiliki tujuh bahasa daerah utama yang mencerminkan keragaman etnis di wilayah ini:
1. Bahasa Rejang: Digunakan oleh suku Rejang di kawasan Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, dan sebagian Bengkulu Utara.
2. Bahasa Serawai: Dituturkan oleh masyarakat Serawai di Bengkulu Selatan, Seluma, dan sebagian Bengkulu Tengah.
3. Bahasa Pekal, Lembak, Pasemah, Mukomuko, dan Enggano: Masing-masing dituturkan di wilayah tertentu dengan karakteristik linguistik yang khas.
Status Kepunahan
Menurut data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, beberapa bahasa daerah di Bengkulu berada dalam status terancam. Bahasa Enggano diklasifikasikan sebagai bahasa yang sangat terancam punah dengan jumlah penutur kurang dari 1.000 orang. Bahasa Pekal dan Lembak juga mengalami penurunan jumlah penutur aktif, terutama di kalangan generasi muda.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepunahan bahasa daerah Bengkulu antara lain:
1. Dominasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
2. Migrasi penduduk dari desa ke kota
3. Perkawinan antar-etnis
4. Kurangnya transmisi bahasa dari orang tua kepada anak
5. Stigma sosial terhadap bahasa daerah
6. Minimnya dokumentasi dan pembelajaran bahasa daerah
7. Bahasa sebagai Penyimpan Kearifan Lokal
Bahasa daerah menyimpan kearifan lokal yang diakumulasikan selama berabad-abad. Dalam bahasa Rejang misalnya, terdapat ungkapan dan peribahasa seperti "Lem awei ngen dapet kacang" (dalam kesulitan masih bisa mendapatkan keuntungan) yang mencerminkan filosofi hidup masyarakatnya.
Bahasa sebagai Identitas Budaya
Bahasa daerah merupakan penanda identitas budaya yang membedakan satu komunitas dengan komunitas lainnya. Bagi masyarakat Bengkulu, bahasa daerah menjadi penguat ikatan sosial dan rasa memiliki terhadap kelompok etnis mereka.
Bahasa sebagai Aset Intelektual
Setiap bahasa memiliki cara unik dalam mengkategorisasi dan memahami dunia. Bahasa-bahasa daerah Bengkulu memiliki kosakata khas untuk menggambarkan fenomena alam, pertanian, pengobatan tradisional, dan aspek kehidupan lainnya yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain.
Tantangan Revitalisasi Bahasa Daerah
Dominasi Media Digital
Perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang didominasi konten berbahasa Indonesia dan Inggris membuat exposure bahasa daerah semakin terbatas. Generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu dengan media digital yang jarang menggunakan bahasa daerah.
Persepsi Nilai Ekonomi Bahasa
Terdapat persepsi bahwa menguasai bahasa daerah tidak memberikan keuntungan ekonomi signifikan dibandingkan bahasa nasional atau internasional. Hal ini membuat motivasi untuk mempelajari bahasa daerah menurun.
Kurangnya Dukungan Institusional
Meskipun ada kebijakan otonomi daerah, implementasi program pelestarian bahasa daerah masih terbatas dari segi pendanaan, sumber daya manusia, dan keberlanjutan program.
Minimnya Dokumentasi
Beberapa bahasa daerah di Bengkulu belum memiliki dokumentasi dan standardisasi yang memadai, termasuk sistem penulisan, kamus, dan tata bahasa yang baku.
Strategi Revitalisasi Bahasa Daerah Bengkulu
Integrasi dalam Sistem Pendidikan
Mengintegrasikan bahasa daerah ke dalam kurikulum sekolah melalui:
1. Pengembangan bahan ajar yang menarik dan kontekstual
2. Pelatihan guru bahasa daerah
3. Penyelenggaraan lomba dan festival bahasa daerah di lingkungan sekolah
Pemanfaatan Teknologi dan Media Digital
Era digital dapat dimanfaatkan sebagai sarana pelestarian melalui:
1. Pengembangan aplikasi pembelajaran bahasa daerah
2. Produksi konten digital berbahasa daerah (video, podcast, game)
3. Dokumentasi digital cerita rakyat dan tradisi lisan
4. Kampanye penggunaan bahasa daerah di media sosial
Penguatan Kebijakan dan Dukungan Institusional
Dukungan pemerintah daerah sangat penting melalui:
1. Penyusunan peraturan daerah tentang pelestarian bahasa daerah
2. Alokasi anggaran untuk program revitalisasi
3. Pendirian pusat bahasa daerah untuk penelitian dan pengembangan
Revitalisasi dalam Keluarga dan Masyarakat
Peran keluarga sangat krusial dalam transmisi bahasa:
1. Kampanye penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari
2. Pembentukan komunitas belajar bahasa daerah
3. Penyelenggaraan festival budaya dan bahasa secara reguler
Praktik Baik Revitalisasi di Bengkulu
Sanggar Bahasa dan Budaya Rejang
Di Kabupaten Rejang Lebong, sanggar ini telah berhasil menarik minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Rejang melalui pendekatan yang integratif dengan seni pertunjukan dan kerajinan tradisional.
Program Siaran Radio dalam Bahasa Daerah
Beberapa stasiun radio lokal di Bengkulu menyiarkan program khusus dalam bahasa daerah, yang menjadi medium pelestarian sekaligus ruang ekspresi budaya lokal.
Digitalisasi Naskah Kuno Ka Ga Nga
Upaya digitalisasi naskah kuno yang menggunakan aksara Ka Ga Nga (aksara asli Rejang) oleh perguruan tinggi lokal membantu mendokumentasikan warisan tertulis bahasa Rejang.
Lomba Cipta Karya Sastra Bahasa Daerah
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu secara rutin menyelenggarakan lomba penulisan cerpen, puisi, dan naskah drama dalam bahasa daerah.
Peran Berbagai Pihak dalam Revitalisasi
Tokoh Masyarakat dan Adat
Para pemimpin adat dan tokoh masyarakat dapat menjadi role model dalam penggunaan bahasa daerah dan menegakkan norma sosial yang mendorong penggunaan bahasa daerah dalam upacara adat.
Keluarga
Orang tua dapat konsisten menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari di rumah dan mengajarkan tradisi lisan seperti cerita rakyat kepada anak-anak.
Generasi Muda
Generasi muda dapat membentuk komunitas pecinta bahasa daerah dan menciptakan konten kreatif berbahasa daerah di media sosial.
Pemerintah Daerah
Pemerintah dapat menyusun kebijakan, mengalokasikan anggaran, dan memfasilitasi program-program pelestarian bahasa daerah.
Masa Depan Bahasa Daerah di Era Global
Bahasa Daerah dalam Ekonomi Kreatif
Bahasa daerah dapat menjadi nilai tambah dalam produk ekonomi kreatif seperti film, musik, fashion, dan pariwisata budaya.
Bilingualisme yang Seimbang
Tujuan revitalisasi adalah menciptakan bilingualisme yang seimbang, di mana generasi muda dapat menguasai bahasa nasional dan internasional sambil tetap mempertahankan bahasa daerah.
Bahasa Daerah dalam Ruang Digital
Masa depan bahasa daerah terkait dengan kehadirannya di ruang digital melalui pengembangan korpus digital dan aplikasi berbasis teknologi modern.
Revitalisasi bahasa daerah Bengkulu merupakan upaya strategis untuk mempertahankan kekayaan budaya, identitas, dan kearifan lokal. Diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan memanfaatkan teknologi modern. Dengan kesadaran, komitmen, dan tindakan nyata, bahasa-bahasa daerah Bengkulu dapat bertahan dan berkembang di era globalisasi.
Seperti ungkapan dalam bahasa Serawai: "Adat dipakai baru, kalu dibuang sayang" (Adat dipakai terasa baru, kalau dibuang sayang) – demikian pula dengan bahasa daerah, ketika dipraktikkan akan terus relevan, dan terlalu berharga untuk ditinggalkan.