Pengaruh digitalisasi bagi mental health di era society 5.0 khususnya
pada generasi milenial (remaja akhir – dewasa awal)
oleh : Dina Seftia Noviza
Pada era society 5.0, digital menjadi alat untuk membantu manusia dan sudah menjadi
hal lumrah yang tidak bisa dielakkan lagi. Dengan adanya digitalisasi ini, manusia bisa
dengan cepat melakukan segala suatu kegiatan sosial dan mampu meminimalisir waktu bagi
penggunaannya. Hal ini yang kemudian membuat membuat para manusia menjadi kaku dan
terus memanfaatkan teknologi digital sebagai alat komunikasi sosial mereka.
Society 5.0 menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern atau ai, robot, lot
tutup kurung untuk kebutuhan manusia agar dapat hidup dengan nyaman society 5.0 ini
terbentuk karena adanya AI atau robot yang bisa dikendalikan dari jarak jauh atau bahkan
menjadi pelayan bagi para masyarakat. Digitalisasi di era society 5.0 menjadikannya seperti
mata pisau dimana tergantung si penggunanya. Analogi ini yang kemudian diimplikasikan
pada pengaruh mental health bagi digitalisasi di khalangan milenial khususnya.
Jika digitalisasi seperti mata pisau yang baik ia akan berguna untuk memotong buah
– buahan, sayur, dagian, dan lainnya. Sama halnya seperti yang sudah diterapkan di Bandung
pada review resto yang terletak di jalan Tubagus Ismail Raya nomor 34 sekeloa coblong
Bandung yang memanfaatkan robot sebagai pelayan. Di dalam restoran tersebut kelak kita
akan dilayani dengan ai/robot. Begitupun sebaliknya, jika kecanggihan digitalisasi di era
society 5.0 ini digunakan untuk hal negatif seperti membunuh orang maka hasilnya akan
sama negatifnya terutama bagi mental health para penggunanya.
Adapun pengertian mental health adalah keadaan individu sejahtera menyadari
potensi yang dimilikinya mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja sama secara
produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya. Dengan demikian
kesehatan jiwa mencakup aspek fisik psikologis dan juga sosial (Menurut Wikipedia yang
diakses pada tanggal 26 Agustus 2023). Adapun menurut Kemenkes RI mental health adalah
kesehatan jiwa yang baik adalah kondisi ketika batin berada dalam keadaan tenteram dan
tenang, sehingga memungkinkan individu untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan
menghargai orang lain di sekitar. Kesehatan jiwa dapat didefinisikan sebagai ranah yang
mengurus (mengelola dan sebagainya) suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, dan emosional menjadi lebih optimal. Keadaan yang memungkinkan
individu menjadi sejalan dan selaras dengan keadaan orang lain.
Di satu sisi digitalisasi memiliki dampak positif seperti apa yang telah diuraikan di
atas, namun di sisi lain digitalisasi membawa pengaruh buruk pada diri sendiri ataupun
masyarakat hal ini berkesinambungan dengan mental health yang di mana mental sangat
berfungsi pada era gempuran society 5.0. Menurut Vera selaku mahasiswa dari Polkeslu yang
sedang melakukan kegiatan magang di RSJKO memberitahukan bahwasanya mental he
sangat berpengaruh entah itu dalam rangka positif ataupun negatif misalnya dengan
penggunaan digitarisasi positif khalayar akan mendapatkan hasil yang positif begitupun
sebaliknya balik lagi kepada para penggunanya begitupun menurut Sisi, temannya Vera
berpendapat sama bahwa dimana digitalisasi pada era society berdampak sangat baik bagi
kesehatan mental jika digunakan sebagai sarana mendapatkan informasi, mengontrol emosi,
dan seseorang dapat bersifat hiburan.
Begitupula dengan yang dikatakan oleh ibu Asmawati selaku dosen Polkeslu jurusan
keperawatan, digitalisasi sangat berpengaruh bagi mental di era society 5.0 karena digitalisasi
menjadikan orang-orang tidak bersosialisasi dengan khalayak ramai dan membuat orang
kurang berempati kemudian dengan adanya kecanggihan teknologi membuat orang-orang
bertambah dan berambisi baik untuk baik itu dalam segi positif dan segi negatif seperti halnya
maling handphone dan alat elektronik lainnya dikarenakan tidak mempunyai elektronik yang
sangat canggih seperti itu dan kemudian digitalisasi menyebabkan informasi apapun mudah
sangat mudah diakses pada gadget seperti isu terkait seks dan lainnya tanpa adanya filterisasi
sehingga lebih banyak kejahatan daripada keberhasilan.
Menurut Kak Gabriel selaku psikolog klinis di RSJKO berpendapat bahwa
bahwasanya digitalisasi sangat berpengaruh di era society 5.0 ini karena dimulai dari waktu
penggunaan gadget, waktu yang digunakan akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Semakin lama dan banyak menghabiskan waktu di dunia maya ( social media, dll) akan
membuat seseorang terdampak tekanan mental. Disisi lain terkait konten/ isi yang pengguna
liat juga sangat berpengaruh. Dalam hal ini trend yang sering munculnsalah satu contohnya
adalah self harm, dengan mencari satu kata kunci, maka disemua sosmed akan muncul terkait
self harm, dan ini akan menjadi memperburuk keadaan mental seseorang.
Menurut saya pribadi digitalisasi bagi mentalhealth di era sosciety 5.0 ini menjadi
tantangan besar bagi masyarakat khususnya pada generasi milenial yang hidup di zaman
serba canggih, terhadap kondisi mental seseorang. Di era gemporan ini sangat banyak
dampak karena seperti apa yang telah dijelaskan tadi mental adalah keadaan individu
menyadari potensi yang dimilikinya mampu menanggulangi tekanan hidup normal bekerja
sama secara produktif serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya dengan
demikian kesehatan jiwa mencakup aspek fisik psikologis dan sosial.
Efek baik dari media sosial tak usah dijelaskan lagi. Kita semua sudah merasakannya,
bukan?. Efek jeleknya ini yang terkadang kita lupakan. Tak cuma cyber bully, efek jeleknya
anak bisa menjadi korban penculikan dan sejumlah tindakan keji lainnya. Kejadian ini tak
jarang karena kelalaian keluarga dan juga orang tua kita sendiri. di era gempolan ini sangat
berdampak karena seperti apa yang telah dijelaskan tadi mental adalah keadaan individu
menyadari potensi yang dimilikinya mampu menanggulangi tekanan hidup normal bekerja
sama secara produktif serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya dengan
demikian kesehatan jiwa mencakup aspek fisik psikologis dan sosial.
Adapun salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah pasien di RSJKO yang
berinisial KA berusia 22 tahun yang merupakan salah satu pasien penyandang disabilitas
mental akibat dari penyalahgunaan digitalisasi yang mengakibatkan dirinya menjadi pasien
di RSJKO karena kurangnya pengawasan dari keluarga dan juga orang tua. KA merupakan
pasien termuda di ruangan anggrek. Menurutnya YouTube adalah kiblat belajarnya dan
mengakibatkan keberwahaman di dalam otak sehingga harus dibawa ke RSJKO untuk
berobat. KA juga merupakan mahasiswa dari IAIN Curup dan memasuki semester 8 masih
mengalami skripsian.
Dan dapat kita simpulkan dari beberapa opini di atas bahwasanya digitalisasi bagi
mental di era society ini sangat berpengaruh besar terutama bagi khalayak milenial
tergantung dari seseorang itu menggunakannya secara baik ataupun tidak. Seperti ibarat dua
belah mata pisau, digitalisasi sangat berpengaruh ntah itu secara positif ataupun negatif
tergantung pada penggunanya . Adapun adapun solusi dari beberapa masalah di atas adalah
jadilah pengguna digitalisasi yang baik agar mental kalau kita menjadi baik juga dan minta
pengawasan kepada orang tua ataupun kualitas sekitar untuk kita menjadi menjadikan
digitalisasi seperti bola mata pisau yang baik bukannya.
0 comments:
Post a Comment