Sumber: Wikipedia
Hallo Commers…
Setelah keberadaan pasukan liar yang
menyamar di antara mahasiswa diketahui, Presiden
Soekarno meninggalkan Jakarta menuju ke Istana Bogor menggunakan helikopter.
Tiga jenderal AD yakni Brigen Amir
Mahmud, Brigjen M. Yusuf, dan Mayjen Basuki Rahmat menghadap Soeharto dikediamannya dan menceritakan soal situasi terakhir. Dari hasil pertemuan itu, Soeharto mengatakan kepada
tiga jenderal itu dirinya bersedia mengatasi keadaan jika sudah ada surat
perintah resmi.
Tiga jenderal itu pun mendapat tugas
untuk segera mendapatkan surat mandat dari Soekarno yang kemudian dikenal
sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) pada 11 Maret 1966. Supersemar ditandatangani Presiden Soekarno dihadapan
tiga jenderal itu disaksikan oleh seorang ajudannya, Soekardjo Wilardjito.
Banyak versi menyebutkan situasi saat penandatanganan terjadi.
Ada yang mengatakan, Soekarno mendapat
tekanan hingga ditodongkan senjata. Versi ini kemudian dibantah oleh keluarga
Soeharto.
Supersemar yang menjadi
surat mandat kepada Soeharto itu kemudian dimaknai sebagai tiket untuk
membubarkan langsung PKI tanpa persetujuan Soekarno, penangkapan sejumlah
menteri, hingga penangkapan orang-orang yang dicurigai terkait PKI.
Surat itu kemudian juga dimaknai sebagai
peralihan kekuasaan eksekutif dari Soekarno kepada Soeharto. Soekarno pun
berang dan menyindir aksi Soeharto itu. Meski demikian, marahnya Soekano melihat aksi yang dilakukan
Soeharto, Soekarno tetap saja tak bisa lagi melawan karena seluruh kekuatan
politiknya saat itu sudah dipreteli. "Dari satu kalimat 'mengambil suatu
tindakan yang dianggap perlu', mungkin blunder yang dilakukan Bung Karno, oleh seorang sipil,
dengan perintah yang tidak jelas pada seorang tentara."
Penulis: Mifta Amanda
Pradana
Sumber:
0 comments:
Post a Comment