Teori media kritis berasal dari aliran ilmu-ilmu
kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Beberapa tokoh yang
mempeloporinya antara lain Karl Mark, Engels (pemikiran klasik), George Lukacs,
Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse,
Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin,
Hamza Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory
science (cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo dan
membebaskan manusia, khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan
struktur sistem yang menindas).
Berkaitan dengan itu, saat kita bergerak memasuki abad
ke-21, kita melihat kian mendesaknya visi baru yang menentang asumsi-asumsi
berbagai teori yang mencoba mejelaskan lingkungan sosial dan budaya kita. Kita
memasuki lingkungan budaya baru yang secara dramatis ditransformasikan oleh
teknologi komunikasi dan media gelobal, sehinga kita memerlukan kajian
komunikasi dan kebudayaan untuk menganalisis ekonomi politik industri
komunikasi dan budaya global. Didalam struktur baru ini,bentuk-bentuk teknologi
komunikasi yang baru telaah menciptaka suatu bentuk interalasidan integrasi
global yang tidak perna terbayangkan sebelumnya oleh sejarah dunia.
Teori kritis melihat bahwa media tidak lepas
kepentingan, terutama sarat kepentingan kaum pemilik modal, negara atau
kelompok yang menindas lainnya. Dalam artian ini, media menjadi alat dominasi
dan hegemoni masyarakat. Konsekuensi logisnya adalah realitas yang dihasilkan
oleh media bersifat pada dirinya bias atau terdistorsi.
Selanjutnya, teori kritis melihat bahwa media adalah
pembentuk kesadaran. Representasi yang dilakukan oleh media dalam sebuah
struktur masyarakat lebih dipahami sebagai media yang mampu memberikan konteks
pengaruh kesadaran (manufactured consent). Dengan demikian, media menyediakan
pengaruh untuk mereproduksi dan mendefinisikan status atau memapankan keabsahan
struktur tertentu. Inilah sebabnya, media dalam kapasitasnya sebagai agen
sosial sering mengandaikan juga praksis sosial dan politik.
Media massa merupakan produk yg dipengaruhi oleh
politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah. Jadi fokus kajiannya adalah
fungsi-fungsi apa yg harus dilakukan oleh media massa di dalam masyarakat.
Pendefinisian dan reproduksi realitas yang dihasilkan
oleh media massa tidak hanya dilihat sebagai akumulasi fakta atau realitas itu
sendiri. Reproduksi realitas melalui media merupakan representasi tarik ulur
ideologi atau sistem nilai yang mempunyai kepentingan yang berbeda satu sama
lain. Dalam hal ini, media tidak hanya memainkan perannya hanya sekedar
instrumen pasif yang tidak dinamis dalam proses rekonstruksi budaya tapi media
massa tetap menjadi realitas sosial yang dinamis.
Teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah
kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat
mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas.
MERAMALKAN
Teori kritis memungkinkan kita membaca produksi budaya
dan komunikasi dalam perspektif yang luas dan beragam. Ia bertujuan untuk
melakukan eksplorasi refleksif terhadap pengalaman yang kita alami dan cara
kita mendefinisikan diri sendiri, budaya kita, dan dunia. Saat ini teori kritis
menjadi salah satu alat epistemologis yang dibutuhkan dalam studi humaniora.
Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah sesuatu yang alamiah dan
langsung. Bahasa bukanlah media transparan yang dapat menyampaikan ide-ide
tanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat kesepakatan yang berpengaruh
dan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman manusia.
Dengan berusaha memahami proses dimana teks, objek,
dan manusia diasosiasikan dengan makna-makna tertentu, teori kritis
memertanyakan legitimasi anggapan umum tentang pengalaman, pengetahuan, dan
kebenaran. Dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain dan alam, dalam kepala
seseorang selalu menyimpan seperangkat kepercayaan dan asumsi yang terbentuk
dari pengalaman—dalam arti luas—dan berpengaruh pada cara pandang seseorang,
yang sering tidak tampak. Teori kritis berusaha mengungkap dan memertanyakan
asumsi dan praduga itu. Dalam usahanya, teori kritis menggunakan ide-ide dari
bidang lain untuk memahami pola-pola dimana teks dan cara baca berinteraksi
dengan dunia. Hal ini mendorong munculnya model pembacaan baru. Karenanya,
salah satu ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai
segi dan luas. Teori kritis adalah perangkat nalar yang, jika diposisikan
dengan tepat dalam sejarah, mampu merubah dunia.
Dengan kata lain, teori-teori kritis berusaha
melakukan eksplanasi, namun eksplanasi dalam pengertian lain, yakni ekplanasi
tentang adanya kondisi-kondisi yang dinilai palsu, semu, atau tidak benar
(seperti “false class consciousness”). Tujuannya tak lain untuk pencerahan,
emansipasi manusia, agar para pelaku sosial menyadari adanya pemaksaan
tersembunyi, atau hegemoni.
Teori kritis secara terbuka menekankan perlunya
evaluasi dan kritik terhadap status quo. Teroi kritis membangun pertanyaan dan
menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media
massa.
PANDANGAN
- MASA LALU
Teori kritis dimulain dengan karya-karya Max
Horkheimer, Theodore Adorno, Herbert Marcuse, dan banyak kolega mereka pada
Frankrurt Institute for Social Research dalam tahun 1923. Kelompok ini semula
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Marxis, meskipun mereka tidak pernah menjadi
anggota paratai mana pun, dan karya mereka semata-mata ilmiah. Dengan
bangkitnya National Socialism (Nazi) di jerman dalam tahun 30-an, Hampir semua
anggota kelompok Frankrurt ini bermigrasi ke Amerika Serikat dan di sana mereka
menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur
penindasan dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika
Serikat.
- MASA SEKARANG
Dewasa ini teori kritis semakin berkembang, meskipun
menjadi semakin menyebar dan semakin metateroritik. Tidak ada pada semua teori
kritis adalah Maxis, meskipun Marx memberikan pengaruh pada aliran pemikiran
ini.[3]
Saat ini teori kritis digunakan untuk menjaga stabilitas
informasi dari media, sehingga media tidak memihak dan netral dalam memberikan
informasi sehingga tidak ada yang terkucilkan. Teori media kritis juga
merupakan alternatif baru dalam usaha memahami seluk beluk media dan bagaiman
media itu harus selalu bersikap untuk tidak mengukuhkan status quo.
- MASA DEPAN
Dengan semakin pesatnya kemajuan yang dialami manusia
maka modernitas manusia sudah tidak terelakkan lagi. Modernitas membawa manusia
pada kemajuan teknologi yang semakin pesat, Teknologi modern sudah menjadi alat
perpanjangan tangan manusia. Manusia semakin dipermudah oleh sarana-sarana
teknologi yang ada. komunikasi dan teknologi tidak bisa dipisahkan dengan
aspek-aspek negatif yang dihasilkannya. Sehinga kedepannya teori kritis meda
sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas negara, dan memperjuangkan
kelompok-kelompok tertindas.
STRATEGI
- KEGUNAAN
Teori kritis mengangap tugas mereka adalah mengungkap
kekuatan-kekuatan penindasan dalam masyarakat melalui analisis dialektika.
Masyarakat biasanya merasakan semacam tatanan yang muncul di permukaan, dan
pekerjaan teori kritis adalah untuk menunjukkan dasar pemikiran dari
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan. Hanya dengan melihat dealektika dari
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang membentu suatu sistensis atau
tatanan, maka orang dapat diberi kebebasan untuk mengubah tatanan yang ada.
Jika tidak, maka mereka akan tetap terasing satu sama lain dan dari masyarakat
secara keseluruhan.
Teori media kritis berhubungan dengan berbagai topik
yang relevan, termasuk bahasa, struktur organisasi, hubungan interpersonal, dan
media. Komunikasi itu sendiri menurut perspektif kritis merupakan suatu hasil
dari tekanan (tension) antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pada
pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut.
- KEPUTUSAN
Teori kritis memberikan perhatian yang sangat besar
pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil
dari tekanan (tension) antara kreativitas individu dalam memberikan kerangka
pada pesan dan kedala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Hanya jika
individu benar-benar bebas untuk megespresikan dirinya dengan kejelasan dan
penalaran, maka pembebasan akan terjadi, dan kondisi tersebut tidak akan
terwujud sampai munculnya suatu tatan masyarakat yang baru.
Dengan menggunakan teori kritis terhadap media
diharapkan arus informasi dan berita-berita yang di terbitkan lebih sehat dan
tidak memihak kepada yang memiliki pengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Komunikasi Massa, 2004, Yogyakrta, Pustaka
Pelajar.
S. Djuarsa sendjaja, Teori komunikasi, 1994, Jakarta,
universitas Terbuka.