Globalisasi, Imprealisme dan Penyempitan Peradaban Dunia - Konstelasi dunia dan peradaban manusia dimana pembangunan ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan beroperasi telah dan tengah berubah secara dramatis dewasa ini. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sebuah proses dimana terjadinya pengintensifan jaringan-jaringan hubungan sosial dan ekonomi yang luar biasa.
Globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama. Globalisasi merupakan proses yang sedang terjadi di dunia dengan ditandai oleh perdagangan bebas antar negara, transnasional. Berdirinya lembaga-lembaga seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF) merupakan lembaga penting yang berperan dalam arus globalisasi saat ini.
Globalisasi telah menjadi sebuah isu utama dalam wacana dunia. Berkait hal tersebut, telah pula berkembang banyak pemkiran yang mempertanyakan berbagai sisi di dalamnya; baik definis nya, konsekuensi, hingga berbagai kritik terhadap konsep globalisasi. Globalisasi awalnya memang sebuah fenomena, namun pada apa yang bisa dikaji secara teoritis. Paling tidak terdapat tiga kutub pemikiran dalam setiap perdebatan yang sering hadir dalam wacana-wacana akademis. kutub pemikiran yang menganggap globalisasi sebagai proses yang berdimensi ekonomi. kutub pemikiran yang mengasumsikan globalisasi sebagai proses politik. Kutub pemikiran yang meyakini globalisasi sebagai sebuah proses kultural. Dengan melihat globalisasi sebagai sebuah proses kultural yang tidak bisa ditolak oleh semua negara di dunia, termasuk Indonesia, seperti pengaruh masuknya kesenian-kesenian global terhadap eksistensi kesenian lokal-tradisional dan lahirnya keseniankesenian baru dinegara lain
Permasalahan mengenai munculnya globalisasi mendapatkan kritikan yang tajam dari teoritikus seperti Roland Robertson yang menggaris bawahi apa yang menjadi persoalan pokok dari globalisasi. Dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah perubahan global menyebabkan homogenitas yang semakin meningkat atau heterogenitas yang semakin meningkat atau gabungan diantara keduanya?” dan Apa hubungan antara global dan lokal?”. Dua persoalan ini sangat erat berkaitan karena keunggulan lokal akan cenderung dihubungkan dengan heterogenitas sementara dominasi global akan lebih dihubungkan dengan homogenisasi. Kemudian persoalan selanjutnya adalah, “Apa yang mendorong proses globalisasi? Apa kekuatan penggeraknya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang coba dijawab dengan berbagai pemaparan, pada tulisan ini, dasar pemikiran yang dunakan adalah perspektif dari Ritzer dengan membahas kekuatan penggerak globalisasi seperti Kapitalisme, McDonaldisasi dan Amerikanisasi.
Dalam beberapa kajian, perubahan sosial dan ekonomi disebutkan sejalan dengan munculnya sejumlah terma/istilah yang ditandai dengan awalan “post”, seperti post-industrialism, post-structuralism dan post-modernism. Istilah-istilah tersebut menunjuk pada perdebatan dalam wacana ekonomi-politik dan perdebatan arus budaya.
Perubahan-perubahan atau transisi modernitas atau industrialisasi sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi-politik kapitalisme yang berporos pada ideologi neo-liberal, kapitalisme mengedepankan demokrasi liberal, hak azasi manusia dan ekonomi pasar bebas dimana sekarang telah menjadi pandangan hidup universal seluruh bangsa manusia.
Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan, dimana sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain seperti komunis, otoriter, merkantilistik dan sosialis. Sebagai tanda kemenangan tersebut adalah hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, Mcdonald, KFC dan Levis yang menjadi lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21.
Tidak hanya ekonomi, kapitalisme juga menghardik dunia budaya, dalam kekinian proses tersebut disebut sebagai “Imprealisme budaya” atau “neo-imprealisme” dimana terjadi perubahan-perubahan berupa hibridisasi, difusi dan relativasasi, inilah yang dikatakan globalisasi telah menjadikan kompresi (penyempitan) peradaban dunia dan intensifukasi (meningkatkan) kesadaran dunia secara keseluruhan.
Globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama. Globalisasi merupakan proses yang sedang terjadi di dunia dengan ditandai oleh perdagangan bebas antar negara, transnasional. Berdirinya lembaga-lembaga seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF) merupakan lembaga penting yang berperan dalam arus globalisasi saat ini.
Globalisasi telah menjadi sebuah isu utama dalam wacana dunia. Berkait hal tersebut, telah pula berkembang banyak pemkiran yang mempertanyakan berbagai sisi di dalamnya; baik definis nya, konsekuensi, hingga berbagai kritik terhadap konsep globalisasi. Globalisasi awalnya memang sebuah fenomena, namun pada apa yang bisa dikaji secara teoritis. Paling tidak terdapat tiga kutub pemikiran dalam setiap perdebatan yang sering hadir dalam wacana-wacana akademis. kutub pemikiran yang menganggap globalisasi sebagai proses yang berdimensi ekonomi. kutub pemikiran yang mengasumsikan globalisasi sebagai proses politik. Kutub pemikiran yang meyakini globalisasi sebagai sebuah proses kultural. Dengan melihat globalisasi sebagai sebuah proses kultural yang tidak bisa ditolak oleh semua negara di dunia, termasuk Indonesia, seperti pengaruh masuknya kesenian-kesenian global terhadap eksistensi kesenian lokal-tradisional dan lahirnya keseniankesenian baru dinegara lain
Permasalahan mengenai munculnya globalisasi mendapatkan kritikan yang tajam dari teoritikus seperti Roland Robertson yang menggaris bawahi apa yang menjadi persoalan pokok dari globalisasi. Dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah perubahan global menyebabkan homogenitas yang semakin meningkat atau heterogenitas yang semakin meningkat atau gabungan diantara keduanya?” dan Apa hubungan antara global dan lokal?”. Dua persoalan ini sangat erat berkaitan karena keunggulan lokal akan cenderung dihubungkan dengan heterogenitas sementara dominasi global akan lebih dihubungkan dengan homogenisasi. Kemudian persoalan selanjutnya adalah, “Apa yang mendorong proses globalisasi? Apa kekuatan penggeraknya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang coba dijawab dengan berbagai pemaparan, pada tulisan ini, dasar pemikiran yang dunakan adalah perspektif dari Ritzer dengan membahas kekuatan penggerak globalisasi seperti Kapitalisme, McDonaldisasi dan Amerikanisasi.
Dalam beberapa kajian, perubahan sosial dan ekonomi disebutkan sejalan dengan munculnya sejumlah terma/istilah yang ditandai dengan awalan “post”, seperti post-industrialism, post-structuralism dan post-modernism. Istilah-istilah tersebut menunjuk pada perdebatan dalam wacana ekonomi-politik dan perdebatan arus budaya.
Perubahan-perubahan atau transisi modernitas atau industrialisasi sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi-politik kapitalisme yang berporos pada ideologi neo-liberal, kapitalisme mengedepankan demokrasi liberal, hak azasi manusia dan ekonomi pasar bebas dimana sekarang telah menjadi pandangan hidup universal seluruh bangsa manusia.
Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan, dimana sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain seperti komunis, otoriter, merkantilistik dan sosialis. Sebagai tanda kemenangan tersebut adalah hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, Mcdonald, KFC dan Levis yang menjadi lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21.
Tidak hanya ekonomi, kapitalisme juga menghardik dunia budaya, dalam kekinian proses tersebut disebut sebagai “Imprealisme budaya” atau “neo-imprealisme” dimana terjadi perubahan-perubahan berupa hibridisasi, difusi dan relativasasi, inilah yang dikatakan globalisasi telah menjadikan kompresi (penyempitan) peradaban dunia dan intensifukasi (meningkatkan) kesadaran dunia secara keseluruhan.